Kedua
tiang itu tampak berdiri tegar menyokong hampir semua elemen Mushallah.
Letaknya di bagian utara dan selatan. Pagar kayu mengelilingi halaman
berjejer meski tak begitu rapi, karena pagar tak elok ini adalah karya
tangan-tangan lusuh yang terbiasa memegang pena. Terkadang hewan-hewan
ternak begitu leluasa masuk mengotori tempat pembinaan para arsitek
peradaban bangsa. Angin sayup-sayup terdengar bertiup menggugurkan
daun-daun yang semakin menumpuk di genteng yang tak lagi kokoh itu,
sekitar 2-3 pekan sekali mereka-mereka yang terpilih dan peduli dengan
senang hati membersihkannya. Lantainya begitu dingin apabila tak ada
karpet yang menjadi alas, itupun hanya karpet-karpet yang tipis dan
rombeng. Dari hati yang terdalam kondisi yang memprihatinkan ini perlu
segera dicarikan solusi yang berarti.

Mushallah Al-Iqra'
Kami
adalah pendatang baru di Kampus Bumi Kaktus ini, sama sekali belum
memiliki gambaran tentang apa yang harus dilakukan untuk agama dan
bangsa ini, pemikiran belum sampai sejauh itu. Sederhana saja, ingin
menjadi ekonom atau akuntan yang profesional, masih cenderung berkiblat
pada sistem pendidikan kapitalis, masih cenderung materialistis, dan
masih sangat berpatokan pada nilai-nilai hampa akademis yang tampak
seperti menara gading. Dari sekian banyak kakak tingkat yang kami temui,
membuat kami hampir putus asa karena begitu banyak mereka yang masih
terjebak dalam Evil Circle. Tetapi ada sekelompok orang yang
jumlah mereka tak begitu banyak, namun persaudaraan mereka kokoh, senyum
mereka begitu hangat sampai ke relung hati. Mereka adalah sekelompok
pemuda yang mampu melampaui individualisme, di ruangan yang bernama BTE1
pertama kali mereka mengenalkan tentang sebuah lembaga visioner yang
bernama MPM Al-Iqra'.
Nilai-nilai hedonis dan asam kecut
kegagalan sistem pendidikan masih begitu sulit kami lepaskan, karena
seakan-akan menyatu dan menyusup dalam setiap pembuluh darah. Tapi
tenang saja, ada beberapa suar cahaya yang meskipun begitu kecil tapi di
tengah-tengah kelam ini menjadi penuntun kami. Tak semua orang ingin
mengikuti 2 sumber cahaya tersebut, 2 sumber cahaya ciptaan Allah
tersebut bernama Dakwah dan Mushallah.
Sebuah realitas ummat yang
memilukan disampaikan kepada kami, namun diberi tahu dengan cara yang
baik dan cara yang optimis bahwa kami adalah bagian dari solusi
tersebut. Dengan segera kami menjadi para pejuang-pejuang tak kenal
lelah, meski dengan tertatih-tatih bimbingan dari para senior dan atas
hidayah Allah senantiasa menguatkan tekad kami.
Untuk
sumber cahaya pertama yang bernama dakwah, pemahaman kami diperluas
dengan membuka cakrawala berpikir kami bahwa dakwah itu luas dalam
definisi, metode, dan teori dengan syariat sebagai pembatasnya. Visi
kampus islami dan madani terus dijejali dalam pikiran dan perasaan kami.
Bahwa mencintai Dakwah ini adalah bagian yang tak terpisahkan dari cara
mencintai Allah dan RasulNya. Ada yang bertahan dan adapula yang
berguguran, karena begitulah cara Allah menguji hambaNya yang
berkomitmen dan memiliki tekad melampaui kekokohan logam mulia.
Dakwah
adalah sarana menuju perbaikan kampus bumi kaktus ini, hanya sebagian
kecil civitas akademika yang mengetahuinya dan tugas kami adalah
memahamkan mereka. Cara menyampaikannya adalah dengan kasih sayang,
bahkan kalaupun harus berdebat, Perintah langit mengajarkan kami
berdebat dengan cara yang ahsan.
Namun dalam
segores gagasan penulis kali ini, yang menjadi fokus perenungan
inspiratif adalah sumber cahaya kedua yang bernama Mushallah. Setelah
resmi menjadi pengurus MPM Al-Iqra’ yang perlu kami rencanakan adalah
bagaimana merehab Mushallah, bangunan rapuh tanpa pondasi tersebut.
Mungkin dari sisi materi kami hanya memiliki kemampuan finansial yang
pas-pasan. Maka salah satu cara kami yang pertama adalah bagaimana
membuat orang-orang semakin banyak untuk menjawab panggilan Allah dan
mengunjunginya. Untuk tahap awal adalah mengajak orang
sebanyak-banyaknya untuk shalat, follow up-nya adalah membuka forum diskusi nonformal antar civitas akademika tentang keprihatinan atas rapuhnya bangunan ini.
Di
awal-awal perintisan, strategi kami adalah memprovokasi para civitas
akademika tentang rumah ibadah yang harus memiliki nilai estetika. Bukan
hanya itu, di fakultas ini adalah satu-satunya Mushallah yang jenis
banguanannya belum permanen. Lalu kami ditantang sudah sejauh mana usaha
kami. Untuk menunjukkan keseriusan kami bergeraklah beberapa tim untuk
membuat rancangan desain mushallah baru yang dipublikasikan secara masif
melalui poster yang ditempel secara merata disudut-sudut kampus. Bagi
yang sedang membaca tulisan ini, dapat melihat bukti otentiknya di pintu
ruang dekanat bagian utara. Sampai kemudian Allah menjawab ikhtiar kami
dengan membukakan pintu hati para Hamba-hambaNya yang beriman untuk
membentuk panitia pembangunan Mushallah baru. Tujuan awal kami
sebenarnya adalah merehab namun Allah memberi hadiah dengan Mushallah
baru yang sekarang tampak megah berdiri di depan Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako.

Mushallah Baru
Yang
menjadi tugas kami secara khusus dan kita pada umumnya adalah
melanjutkan dan menjaga sarana ini. Dakwah butuh sarana yang mumpuni,
bahkan Masjid Nabawi menjadi titik sentral awal pergerakan dakwah
Rasulullah S.A.W di Kota Madinah Al-Munawarah. Bukan hanya menjadi
tempat ibadah namun menjadi tempat bertukar pikiran dan pusat aktifitas
peradaban menuju kampus madani.
Semoga sedikit gagasan
penulis yang tak elok namun substansial ini bisa bermanfaat dan
menginspirasi kita semua. Nurani ini juga terkadang memberi contoh yang
tak harus di teladani namun yang menjadi perhatian adalah tentang
pewarisan tugas mulia ini. Dua sumber cahaya ini harus senantiasa
terpatri di hati, pikiran, dan jiwa kita semua. Dan yakinlah akan janji
Allah dan RasulNya, teruslah menjadi Para Pewaris Nabi.
Untukmu
wahai insan yang senantiasa memperbaiki diri, dua suar cahaya ini akan
menjadi sahabat akrab aktivitas keseharianmu. Untukmu wahai engkau yang
mungkin disibukkan oleh pelbagai urusan, dua suar cahaya ini akan terus
mengingatkanmu di saat engkau taat ataupun sedang tersesat. Untukmu
wahai Bani Adam yang terkesan sedang menjauh dari kebaikan, dua suar
cahaya ini tak mempedulikan pilihan hidupmu, ia akan terus memendarkan
cahayanya agar keselamatan senantiasa membersamaimu.
Oleh : Mohamad Khaidir Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar