Kadangkala dilapangan banyak ditemui aktivis yang terlempar dari
dakwah disebabkan karena masalah-masalah individualis yang tidak ada
kaitannya dengan esensi perjuangan dakwah sesungguhnya. Sepele seperti
masalah hati yaitu percintaan, masalah kedewasaan seperti sifat egoisme,
ingin dihormati atau karena kecewa dengan rekan sesama aktivis. Sungguh
ironis tapi semua ini sering kita temui dan dapati dalam keseharian
para aktivis dakwah terutama dalam lingkup dakwah dikampus. Diperlukan
sebuah pembekalan yang baik bagi para dai-dai Allah ini sebagai nutrisi
dalam menjalankan amanah besar ini.
Banyak dari mereka yang kalah lalu mundur dari barisan perjuangan ini
tidak lain hanya karena masalah sepele yang sudah saya sebutkan diatas.
Seperti percintaan dan lainnya yangseharusnya semua itu bisa diatasi
dengan kesungguhan dan komitmen sebagai seorang aktivis islam yang siap
totalitas dalam perjuangan ini. Sesungguhnya penyebabnya tidak lain
adalah virus-virus yang mengendap dihati mereka, senantiasa meneror dan
mengelilingi keseharian aktivitas mereka dijalan dakwah ini, menyebar dan
menjalar kedalam hati. Mengerogoti dan membuat goyah keyakinan akan
kelurusan niat dan tujuan hanya karena Allah.
Apabila para aktivis tidak memiliki pembekalan berupa pemahaman yang
memadai juga kedekatan mereka dengan tradisi-tradisi spiritual mereka
akan mudah terserang lalu terjangkit. Berkurangnya komitmen dan
menurunnya militansi yang sering disebut futur juga bisa jadi salah satu
penyebabnya. Dan jika tidak segera diobati dan mencari penawarnya akan
sangat sulit untuk dilawan, virus ini akan terus menyebar dengan kuat
menguasai hati kita. Butuh proses yang cukup lama, yang pasti kesadaran
dari masing-masing individualis si aktivis untuk segera melakukan
muhasabah diri dan minta bimbingan pencerahan dari murobbi.
Virus-virus ini senantisa mengancam para aktivis dikeseharian
aktivitas dakwah mereka terutama generasi-generasi baru yang notabennya
masih fresh dan belum faham sepenuhnya secara sempurna manhaj dakwah
ini. Dibutuhkan kontrolisasi dan pencerdasan edukasi secara komprehensif
dan simultan untuk para aktivis yang baru terjun dimedan dakwah kampus
demi menghindari serangan virus-virus ini. Hati yang lemah, jiwa yang
rapuh dan militansi yang berkurang akan mudah terserang, maka inputan
tarbiyah menjadi perisai utamanya. Tahapan pembentukan dan proses
pencerdasan sangat diprioritaskan dengan menggalakkan program mentoring
wajib bagi kader-kader baru.
Berikut ini virus-virus yang mesti dihindari bahkan wajib untuk
dilawan para aktivis dakwah demi menjaga hati mereka dari niat dan
tujuan yang menyimpang. Karena apabila virus ini dibiarkan menjalar
ditubuh dan pikiran kita sudah dipastikan kegagalan dan kemerosotan
dakwah akan semakin terlihat. Pertolongan Allah akan jauh dan kekalahan
para pejuang islam akan Allah perlihatkan secara nyata ditengah-tengah
umat.
1. Virus Merah Jambu (VMJ)
Virus ini biasa disebut virus vmj atau virus cinta, yaitu sebuah
penyakit hati yang sangat mematikan dan mengkhawatirkan apabila para
aktivis dakwah dikampus terserang olehnya. Memang secara psikologis
sebuah perasaan jatuh cinta kepada seseorang yang notabennya lawan jenis
adalah sesuatu yang tidak dipersalahkan karena itu sebuah fitrah. Hanya
saja kadangkala konteks proses dan tahapannya yang banyak dilanggar dan
jauh dari koridor syar’i atau nilai-nilai yang benar.
Virus ini sangat berbahaya karena virus ini menyebar dari alam bawah
sadar manusia yang biasanya dimulai dari pandangan. Biasanya virus ini
bergerak secara diam-diam dihati para aktivis antara lawan jenis ikhwan
dan akhwat. Virus ini sangat sulit terdeteksi dikarenakan peranan hati
sangat sentral dalam penyebaran dan pengembangbiakan virus ini jadi
sulit terlihat dipermukaan dimana hanya yang terjangkiti saja yang
mengetahuinya.
Barangsiapa yang menundukkan
pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka Allah
akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai hari kiamat”. (Hr.
Ahmad)
Semakin tidak dicegah dan ditahan gerakannya virus ini akan semakin memebesar dan kuat menempel dan menguasai hati para aktivis.Yang
berbahaya dampaknya bagi dakwah adalah virus ini bisa menghambat
militansi seorang kader dakwah, memalingkan niat dan meghancurkan
semangat. Banyak kasus dilapangan yang saya temui melempemnya semangat
seorang pejuang islam salah satunya sahabat saya di dakwah tidak lain
hanya karena disebabkan virus ini.
Ketika kita diperintahkan untuk
menjaga hati, maka kita diperintahkan untuk tidak mengotori hati.
Kotornya hati adalah karena maksiat. Maksiat yang kita lakukan seperti
noda yang menutupi hati kita. “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya
apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Qs.
Al-Muthofifin : ayat 83)
Virus ini juga bisa membuat dakwah tercoreng karena aktivis yang
terkena virus ini kadangkala bertingkah laku tidak selayaknya bahkan
menodai risalah perjuangan dakwah yang suci. Dan juga bisa menyebabkan
tersendatnya dakwah bahkan bisa meluluhlantakkan bangunan kerja-kerja
dakwah yang selama ini dibangun. Karena ternyata kemaksiatan tersembunyi
yang dibangun, Allah tidak akan ridho dan pertolongan Allah akan
semakin jauh. Dakwah yang suci ini tidak boleh dikotori oleh hal-hal
yang malah bisa menodai dakwah itu sendiri baik dari niat, cara, proses
dan lainnya. Maka bagi para aktivis yang terjangkit virus ini sadarlah
dan segera bertobatlah demi menjaga kesucian kerja dakwah ini.
2. Virus Eksistensi (over confident)
Yang disebut dengan virus eksistensi disini maksudnya adalah sebuah
sikap dan sifat dari seseorang kader dakwah yang berlebihan dalam segala
hal senantiasa selalu ingin mengeksiskan diri. Dalam perpektif normal
memang bisa dikatakan positif pemaknaannya. Akan tetapi yang saya maksud
disini adalah sebuah sikap lebay yang ingin selalu dan sungguh terlalu.
Selalu ingin tampil didepan, selalu ingin dihargai atau dituakan,
dihormati, tidak mau dinasehati dan hanya mau menang sendiri, selalu
ingin dijadikan panutan dan selalu ingin menjadi yang terbaik tanpa
memberi kesempatan yang lain layaknya super man.Virus
ini apabila didiamkan mengendap dalam hati para kader dakwah akan
berbahaya dampak kedepannya. Karena akan menimbulkan sikap sombong,
jumawa, keras kepala dan merasa paling hebat.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (Qs. Luqman: ayat 18)
Sehingga sikap egoisme dan sikap merasa paling benar sendiri yang
akan timbul. Virus ini banyak menyerang dan mengendap dalam hati pada
diri kader-kader senior dalam sebuah organisasi dakwah. Mereka merasa
mengetahui segala-galanya dengan jam terbang dan pengalaman yang ada
namun tidak memberikan arahan dan kemandirian sehingga mematikan potensi
yang ada pada junior-juniornya.Virus
ini bisa menghancurkan konsep amal jama’i karena lebih mengedepankan
sikap egoisme. Virus ini juga bisa menghancurkan sikap taat dan tsiqoh
antara jundiyah kepada qiyadahnya.
“Adapun jika hati kalian bersatu,
segala tujuan diarahkan kepda Allah, segala sesuatunya kalian lakukan
karena semata-mata mentaati Allah dan demi mencari ridha-Nya, maka tak
usahlah kalian bersedih hati. Kalian lebih tinggi, lebih unggul, dan
Allah akan selalu menyertai kalian dan tidak akan menyia-nyiakan amal
kalian. Adakah bahaya yang lebih mengerikan yang akan menimpa kita,
selain daripada bahaya hati, kelemahan jiwa dan semangat, beragamnya
hawa nafsu dan bersilangsengketanya pendapat dan pikiran…”(syahid hasan al banna)
Biasanya aktivis yang terjangkit virus ini banyak yang tidak sadar
bahwa dia terkena virus ini. Maka dibutuhkan sikap saling mengingatkan,
menegur dan nasehat menasehati sesama aktivis dalam kesehariannya. Demi
menjaga kekuatan ukhuwah, sikap ta’awun, kelurusan niat dan tujuan
rekan-rekan dakwahnya agar terhindar dari penyimpangan. Dengan demikian
terjalinnya hubungan yang harmonis antar kader dakwah dengan terus
menumbuhkan rasa kasih sayang dan menguatkan konsep kerja beramal jama’i
antar sesama demi kesatuan arah dan tujuan memperjuangkan agama ini.
3. Virus Muntaber (mundur tanpa berita)
Virus ini meyerang semua lapisan aktivis baik yang senior maupun
level junior karena memang virus ini menyebar secara luas eskalasinya.
Baik kader baru maupun kader lama hanya saja biasanya kader lama lebih
mampu bisa melawan virus ini. Virus ini biasanya menjagkiti orang-orang
yang berfikiran kerdil yang takut menghadapi resiko perjuangan dijalan
dakwah ini. Orang-orang yang tidak mau menanggung beban dan diberi
tanggung jawab untuk mengemban amanah dakwah.
Virus ini juga bisa disebabkan karena beberapa hal seperti sikap
frustasi atau kejenuhan yang hinggap dihati para aktivis. Atau karena
tidak kuatnya para aktivis menghadapi tekanan, tantangan, tanggung
jawab, tribulasi dan beratnya beban dijalan dakwah ini sehingga
timbullah sikap putus asa, menyerah, kalah, lalu keluar dari barisan
perjuangan ini tanpa memberi alasan yang jelas dan syar’i. contoh
sederhana ada seorang ikhwah yang sebelumnya sangat aktif hadir dalam
setiap ivent dan nongkrong disekret tetapi tidak pernah muncul batang
hidungnya setelah diberi amanah.
“Dakwah ini tidak mengenal sikap
ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk
itu, maka ia harus hidup bersama da’wah dan da’wah pun melebur dalam
dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia
terhalang dari pahala besar mujahid dan tertinggal besama orang-orang
yang duduk. Lalu Allah SWT akan mengganti mereka dengan generasi lain
yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban da’wah ini…”(syahid
hasan al banna)
Biasanya aktivis yang terjangkiti virus ini diawali dengan malas
dateng syuro atau pertemuan-pertemuan yang membahas agenda dakwah dan
juga acara-acara yang biasa diadakan dikampus, jarang balas sms, dan
sulit untuk ditemui ataupun dihubungi dengan memberikan banyak
alasan-alasan yang penuh retorika demi menutupi kekerdilan yang ada
dalam hatinya. Kadangkala ketika ditemuipun biasanya menghindar,
pura-pura tidak tahu dan bahkan ada yang menjauh dengan alasan sibuk dan
lainnya. Astagfirullah, padahal Allah SWT memberi kita waktu 24 jam
dalam sehari, apakah untuk berjuang dijalannya demi menegakk4an agama
Allah ini meskipun hanya 1 jam saja kita tidak punya waktu karena
kesibukan kita? tentu kita sendiri yang bisa menjawabnya.
“ Tidaklah beranjak telapak kaki
seorang hamba pada hari kiamat hingga dia ditanyakan tentang usianya,
untuk apa dihabiskannya, tentang ilmunya, apa yang telah dia amalkan,
tentang hartanya, dari mana ia memperolehnya, untuk apa ia belanjakan,
dan tentang tubuhnya, untuk apa ia gunakan”(HR. Tirmidzi )
Virus ini bisa juga menyerang para aktivis yang pikirannya terbelah,
biasanya para aktivis yang memilki kesibukan diluar selain kuliah
seperti bekerja dan lainnya. Sehingga sulit untuk membagi waktu ataupun
membagi skala prioritas. Ada juga yang takut ipknya turun kalo aktif
berdakwah dan lainnya. Sungguh mengherankan, padahal jika dia mampu
memanage waktu dengan baik saya yakin semua bisa terhandle dengan pas
sesuai porsinya. Bukankah Allah mengingatkan kita untuk bersikap tawajun
(seimbang) antara mengejar dunia dunia dan akhirat, Allah juga
meyakinkan kita semua dalam surat muhammad ayat 7.
“Ketakutan menghadapi resiko perjuangan, merupakan cermin lemahnya unsur keyakinan dan kebaikan dalam dirimu” (sayyid quthb).
4. Virus Ngaret (suka terlambat)
Maksud dari virus ngaret disini adalah budaya molor waktu yang
menjadi kesukaan dan kebiasaan pada keseharian aktivis dalam menjalankan
kerja-kerja dakwahnya yang berdampak sangat buruk bagi kemajuan dakwah.
Sikap tidak disiplin seperti ini apabila didiamkan akan semakin
merajalela melanda jiwa-jiwa aktivis yang membuat kemerosotan dan
kurangnya komitmen. Dakwah ini dibangun diatas komitmen bukan sikap
main-main ataupun ketidakseriusan.
Hendaklah engkau benar – benar
memperhatikan penunaian tugasmu, dalam hal kualitas, kecermatan,
kejujuran (tidak menipu) dan ketepatan waktu yang telah disepakati
(disiplin).(syahid hasan al banna)
Virus ini paling banyak meyerang para aktivis karena kadang dianggap
sepele dengan berbagai argumentasinya. Padahal sangat jelas dengan
membiarkan virus ini berkembang biak akan menghancurkan bangunan dakwah
dan komitmen kebersamaan para aktivis dijalan ini. Berkurangnya rasa
tsiqoh (percaya) terhadap rekan sesama aktivis dan menghilangnya rasa
tanggung jawab terhadap komitmen. Dampak lainnya adalah merebaknya
penyikapan bahwa budaya telat waktu menjadi sesuatu yang biasa-biasa
saja dan dianggap hal yang lumrah.
5. Virus Apatis (tidak peduli)
Yang dimaksud virus apatis disini adalah sebuah sikap dan tindakan
ataupun tingkah laku seorang kader dakwah yang tidak perduli dan acuh
terhadap situasi dan kondisi yang ada terkait problematika dakwah yang
ditemuinya. Aktivis-aktivis yang terserang virus ini biasanya suka
bersikap dan bertindak individualis dan hedonis (mementingkan diri
sendiri). Virus ini berefek pada hilangnya sikap responsibility para
kader dakwah dalam melihat problematika umat yang ditemui dijalan
dakwah.
Tidak memiliki skala prioritas dan ide solutif demi melakukan
perbaikan dan mencari ide untuk mendapatkan solusi terkait permasalahan
yang ditemuinya dijalan dakwah. Dampak lain dari virus ini adalah sikap
malas berkorban dan cuek bebek melihat problematika dakwah yang ada.
Miskin ide, mudah jenuh, malas bergerak, dan tidak bergairah dalam
agenda-agenda dakwah yang akan dijalankan.
Untuk melawan virus-virus ini dibutuhkan anti virus yang ampuh yaitu
back to tarbiyah al quran dan as sunnah. Dengan meguatkan para aktivis
untuk dekat dengan tradisi-tradisi spiritual sebagai benteng perisai
untuk melawan serangan virus-virus ini. Senantiasa mampu membersihkan
hati dari segala jenis penyakit hati yang bisa merusak niat dan tujuan
dari dakwah yang dilakukannya. Senantiasa mengevaluasi diri dan selalu
mengistiqomahkan untuk terus bisa hadir dalam agenda rutin mingguan
halaqoh atau mentoring demi menetralisir racun-racun yang ada dihati.
Sehingga timbul sikap kehati-hatian dalam melangkah dijalan ini
selalu kita kedepankan para aktivis, senantiasa mengupgrade tingkat
kefahaman akan manhaj dakwah ini demi penigkatan kwalitas, integritas
dan kredibilitas dari segi tsaqofah. Berjalan dengan hujjah, bekerja
dengan pedoman dan bergerak dengan semangat, yaitu semangat akan
kemuliaan. Agama ini agama mulia dan wajib diperjuangkan dengan
cara-cara yang mulia karena hanya orang-orang mulialah yang berani
mengemban amanah perjuangan ini. Wallahu’alam.
oleh : abdul hajad
sumber : dakwahadalahsolusi.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar