Selasa, 10 Mei 2016

Memantaskan Diri





“Aku tak pernah menyadari makna sebenarnya, sebelum itu semua terjadi…”


Ketika seseorang selalu terbayang di pikiranmu, saat itu pula kamu menyadari bahwa kamu sedang jatuh cinta...  tak terelakkan memang, apa daya semua orang juga merasakannya terlebih remaja sepertiku dan itu normal, bukankah cinta itu anugerah? dan yang terpenting adalah bagaimana menjadikan anugerah itu tetap anugerah, bukan merusaknya dengan melanggar agama.. lagipula, orang sepertinya mana mau diajak Pacaran seperti kebanyakan, aku harus bagaimana sekarang?
ah, entahlah..



Dan pilihan ketiganya itu ya Memantaskan Diri...


mungkin secara materi aku sudah mandiri, tetapi apa aku pantas untuknya yang ilmu agamanya jauh di depan. rasanya memang belum mampu untuk sekarang.. yasudah lah, benar juga kata murabbi: "minta saja ke yang punya".... untuk sekarang memang harus menahan diri sekaligus memperbaiki, agar saatnya nanti aku sudah mumpuni mengimami.. puasa jangan lupa dirutini.


bukankah mencoba melupakan hanya akan menambah keingintahuan? lebih baik menerima dan mendekapnya dalam doa... aku harus terus memperbaiki diri, menyibukkan dan membunuh waktu hingga saat yang tepat telah tiba. mungkin itu hal yang lebih bijak daripada memaksakan kehendak yang bisa jadi hanya akan menyakiti... sekarang saatnya, aku harus menemui lagi guruku. kali ini dengan kesiapan yang berbeda. iya sekarang aku siap. mungkin dia tau siapa yang bisa aku jadikan perantara taaruf ku dengannya. semoga...

Lantas apa gunanya aku mempersiapkan dengan sepenuh hati CV taaruf Ini? apa gunanya setiap hari memperbaiki diri, mencantumkan namanya disetiap doa yang aku panjati? disetiap iringan langkah yang aku jalani? Kenapa ya Rabbi, ini bukan seperti yang ku kehendaki... Bahkan semutiara apapun yang tersampaikan oleh Murrabbi, enggan ku masuki ke dalam hati… Sekarang kemana langkah yang akan kan ku jalani. bukankah KAU sebaik baik perencana?



Sekarang aku mengerti kenapa Murabbi melarangku untuk mengenalnya lebih dekat lewat jalur yang tak pernah bisa dibenarkan. ketika kita belum bisa bersatu karena kehendaknya, setidaknya tidak pernah ada hubungan diantara kita, tidak ada yang tersakiti, tidak ada yang saling terbebani... sekarang aku Ikhlas, ada rencana-Nya yang telah dipersiapkan di depan ku yang harus kugenggam dan menerima segala takdir yang telah tertulis...






ya Allah, ampuni aku yang telah berburuk sangka terhadap rencana indah-Mu.. 
aku mengaku salah, niatku untuk memperbaiki diri bukan untuk Mencari rahmat-Mu. 
tetapi untuk Manusia ciptaaan-Mu..
Aku baru mengerti, memperbaiki diri bukan semata-mata untuk mencari pendamping hidup ini, 
tetapi ada hal yang lebih penting Lagi. yaitu mengharapkan ridho-Mu 
atas segala hal yang aku lakukan di Dunia ini..
Boleh Saja termotivasi atas sesuatu, tetapi jangan sampai melupakan tujuan utamanya..
bukankah engkau sebaik-baiknya perencana?
 



[EPILOG]

tiga bulan kemudian, Murrabi ku memperkenalkan aku dengannya. Aku tak menyangka, dulu kita sempat menyapa di organisasi yang sama. Proses pengenalan kami pun berlangsung tidak lama, tanpa menunggu aku menikahinya. Bukan sekadar Mencari bahagia, lebih dari itu, ingin merajut jembatan surga dengannya.. .

Bukankah cinta itu ditumbuhkan, dan bukankah sebaik-baik rencana adalah dari-Nya?

The End
...


Sumber : instagram @saridezra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu