Rabu, 13 Desember 2017

CV, Can Change Everything Part 1



Terkadang jodoh itu datang tiba-tiba, tanpa diduga. Malah kadang terkesan konyol hingga membuat siapapun yang mengalaminya pasti akan tertawa jika mengingat itu semua.

Namun disitulah letak uniknya. Dimana dua insah saling tak mengenal dipertemukan oleh Allah SWT melalui situasi yang dimana nantinya akan mempersatukan mereka. Situasi yang bahkan tidak akan disangka-sangka.


Cerita Pendek

CV
Can Change Everything

Part 1

© Ukh Puspa Indah Musdalifah

A/N: Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Bila ada kesamaan nama, tempat, cerita itu bukanlah kesengajaan.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
Cuaca kota Bandung siang ini begitu terik. Orang-orang lebih memilih berada di ruangan ber-AC dibandingkan berjalan-jalan di bawah terik matahari bersuhu 37° tersebut. Jam makan siang yang telah usai membuat jalanan utama kota kembang ini mulai lenggang, hanya satu dua motor dan mobil yang melintas dan para pedagang kaki lima yang masih menjajakan dagangannya.

Seorang gadis-akhwat lebih tepatnya berumur sekitar 23 tahun berjalan perlahan di trotoar yang  memantulkan cahaya matahari saking panasnya hari ini. Ia memperbaiki ransel pink nya setelah mengambil ponsel pintarnya. Matanya berfokus pada ponsel sampai-sampai hampir saja ia melewati cafe yang menjadi tujuannya.

Begitu akan mendorong pintu cafe berlapis kaca bening tersebut, tangan seseorang lebih dulu menyentuh pintu cafe. Ia tersentak seraya langsung menarik tangannya yang berlapis kaos tangan hitam.

“Ah afwan,” ujarnya reflek. Seseorang di hadapannya-seorang lelaki berperawakan tinggi tersebut juga sepertinya terkejut.

“Iya, tidak apa-apa.”

Sang akhwat tampaknya menjadi bingung, seperti antara mau masuk atau menjauh dari pintu. Melihat kebingungan sang akhwat, membuat sang ikhwan memutuskan untuk mundur beberapa langkah mempersilahkan sang akhwat untuk duluan masuk.

“Silahkan.”

Sang akhwat mengangguk singkat kemudian mendorong pintu dan memasuki cafe. Setelah kurang lebih lima langkah baru sang ikhwan juga ikut memasuki cafe beronamen vintage tersebut.

Mata sang akhwat menelusuri seluruh penjuru cafe yang wallpaper nya dominan coklat maupun cream dan menemukan temannya sedang melambaikan tangan ke arahnya.

“Disa...”

Disa Aira-nama sang akhwat berjalan menuju temannya yang memilih tempat duduk di pojokan samping jendela cafe. Menampilkan jalanan kota Bandung yang nampak jelas dari bagian tersebut.

“Assalamu’alaikum Yulia,” ujar Disa begitu berada di depan Yulia sembari menyalami teman kuliahnya tersebut.

“Wa’alaikumsalam Disa,” jawab Yulia.

Setelah memastikan Disa telah nyaman dengan posisi duduknya,Yulia kemudian menyodorkan menu cafe ke hadapan akhwat berniqab itu.

“Jadi bagaimana? Sudah dapat pekerjaan?”

Disa menggeleng. “Belum ada pemberitahuan kembali dari perusahaan itu.”

Yulia hanya menghela napas singkat. “Kurasa perusahaan tersebut tidak serius dengan lamaranmu.”

“Tidak apa-“ ucapan Disa terpotong dengan suara keras dari tengah cafe. Disa dan Yulia menoleh dan mendapati sekelompok cowok sedang menertawakan sesuatu yang mereka kelilingi.

Disa melihat salah satu diantara mereka yang merupakan ikhwan di depan cafe tadi. Merasa tak terlalu penting Disa dan Yulia kembali melanjutkan pembicaraan setelah Disa selesai memesan minuman kepada waiters.

“Ah ngomong-ngomong, bagaimana dengan CV yang ka Tri minta? Apa kau sudah membuatnya?”

Disa tersentak kemudian mengangguk kaku. “Y-ya. Sudah kubuat sih. Tapi aku tidak yakin, Yulia.”

Yulia meneleng. “Lah kenapa? Bukankah itu bagus?”

“Aku merasa kurang yakin dengan ikhwan yang ka Tri maksud. Jika benar ikhwan yang ka Tri maksud adalah temanmu, aku merasa kami tidak akan cocok.”

Yulia tertawa kecil, “Kenapa kau bisa berpikiran begitu? Memangnya kau sudah mengenalnya luar dalam? Dia nampak baik kok.”

“Bukan itu maksudku. Aku... Sepertinya dia baik, hanya saja aku merasa tak cocok dengannya. Sifatnya dan sifatku bertolak belakang.”

“Justru bagus bukan? Kalian akan saling melengkapi.”

“Tapi Yulia-“

“Sst... Disa,” Yulia menggenggam tangan sahabat se-liqo nya ini. “Coba saja dulu. Kan kalian baru akan saling tukar CV. Jika kau merasa tidak cocok setelah membaca CV nya, yah tidak apa-apa. Kau bisa membatalkannya,” ujar Yulia berusaha meyakinkan.

“Lagipula ka Tri pasti memilihkan ikhwan yang baik-baik untukmu. Percaya saja yah,” Yulia tersenyum menatap Disa yang hanya bisa terdiam.

Setelah beberapa saat memikirkan perkataan Yulia akhirnya Disa mengangguk. “Kau benar. Kami baru akan saling tukar CV, belum ada kesepakatan apapun.”

Yulia menganguk. Detik berikutnya minuman pesanan Disa datang. Jus jeruk dingin yang tentu saja membuat Disa langsung menyeruputnya mengingat cuaca siang ini begitu terik.

“Ngomong-ngomong, setelah ini kau akan kemana?”

“Mungkin pulang ke rumah. Aku belum menyelesaikan tugas dari Ka Tri. Kau sendiri?”

“Sama denganmu, aku akan pulang ke rumah. Ah iya,” Yulia mengeluarkan sebuah map dari tas jinjingnya dan menyodorkan kertas volio bergaris tersebut pada Disa. “InshaAllah besok aku izin Liqo yah. Ibuku besok datang, aku harus menemuinya.”

Disa menerima kertas tersebut yang merupakan tugas liqo mereka. Sama seperti Yulia, Disa mengeluarkan map plastiknya juga dan menyelipkan tugas Yulia di map tersebut.

“Sampaikan salamku buat ibumu yah. InshaAllah aku akan mengunjunginya.”

“Hahaha iya iya. Kurasa ibuku juga merindukanmu.”

Disa tersenyum di balik niqabnya. Setelah berbincang sesaat, mereka berdua memutuskan pulang mengingat setengah jam lagi akan memasuki waktu Ashar.

Saat menuju pintu keluar cafe, mereka otomotis melewati meja dimana ditempati oleh keempat cowok berisik tadi. Sekilas Disa melihat objek yang menjadi pusat perhatian cowok-cowok tersebut, sebuah laptop 16 inchi yang menampilkan sesuatu yang tak begitu tak asing buat dirinya. Anime Boruto.

Disa tertawa kecil, ternyata bukan cuma dirinya yang masih menyukai anime di umur kepala dua ini.

Setelah itu, Disa dan Yulia keluar dari cafe.

Disaat bersamaan, salah satu dari keempat cowok berisik tadi bangkit dan memakai jaket kulitnya. Si cowok-ah si ikhwan berpamitan pulang pada ketiga temannya setelah berjanji bahwa ia akan kembali datang di cafe ini sabtu depan.

Ia sampirkan ranselnya dan mendorong pintu cafe. Setelah itu ia mengeluarkan ponselnya dan mulai menekan beberapa nomor di atas ponsel layar sentuh tersebut. Ia meletakkan ponsel ke telinga kirinya dan menunggu sambungan telepon.

Disaat yang bersamaan, mata cokelatnya menangkap satu objek yang tergeletak di teras cafe dekat tempat ia berdiri sekarang. Sesuatu yang putih dan bergerak perlahan mengikuti angin yang berhembus. Tertarik, ia mendekati dan memungut kertas putih tersebut.

Kedua matanya menelisik satu persatu kalimat di atas kertas berukuran HVS dan detik kemudian alisnya mengernyit.

‘Curriculum Vitae’

Adalah dua kata pertama di kertas tersebut. Dan isi selanjutnya ialah mengenai biodata beserta foto seorang akhwat berniqab yang membuatnya makin mengernyitkan alisnya. Ia mengingat-ingat sepertinya dirinya pernah bertemu dengan akhwat di foto tersebut.

Setelah beberapa saat ia langsung menyadari bahwa CV yang ia pegang adalah kepunyaan akhwat berniqab yang tadi ia temui di depan pintu cafe.

Kepalanya menoleh ke sekelilingnya, mencoba mencari sang akhwat yang mungkin saja masih berada di sekitar cafe. Tapi sepertinya harapannya sia-sia, suasana di sekitar cafe nampak sepi hanya beberapa pejalan kaki yang melintas dan tidak ada sang akhwat diantara pejalan kaki tersebut.

Ia tersentak saat mendengar sebuah suara dari ponselnya. Rupanya sambungan teleponnya telah diterima.

“Ah assalamualaikum bu...”

Dan selanjutnya ikhwan tersebut asyik berbicara dengan ibunya sambil sesekali melirik isi biodata tersebut.

Setelah kurang lebih tiga menit berbicara dengan ibunya, ibunya memutuskan sambungan telepon membuatnya bisa lebih fokus pada kertas di genggamannya.

Curriculum Vitae
Nama Lengkap            : Disa Aria
Nama Panggilan          : Disa
Tempat, tanggal lahir  : Bandung, 20 Maret 1994
Suku                            : Sunda
Golongan Darah          : A
Berat Badan                : 47 kg
Tinggi Badan              : 155 cm
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Belum ada
Karakteristik (+)          : Suka kerapihan, amanah, senang menambah ilmu.
Karakterisitik (-)          : Pendiam, mudah tersinggung, pelupa berat, tergesa-gesa.
Warna Favorit             : Merah Muda
Makanan Favorit         : Bakso, nasi goreng dll
Minuman Favorit        : Jus jeruk, air kelapa dll
Hal yang disuka          : Nonton anime

Gerak matanya terhenti pada kalimat ‘menonton anime’. Anime?

Dirinya tertawa kecil menyadari bahwa masih ada seorang akhwat yang mempunyai hobi seperti ia dan ketiga sahabatnya.

Entah kenapa setelah mengetahui hobi akhwat bernama Disa tersebut, ia memutuskan untuk mengembalikan CV tersebut. Mungkin saja CV tersebut penting- ah sudah pasti penting. Inikan CV untuk proses ta’aruf jadi pasti Disa akan mencarinya ditambah sepertinya CV yang ia pegang ini merupakan salinan asli bukan fotocopy.

Setelah memasukkan selembar HVS tersebut ia kemudian berjalan menjauh dari cafe menuju mobil yang ia parkir tak jauh dari teras cafe.

Tanpa mengetahui bahwa selembar HVS tersebut adalah awal dari segalanya.

To Be Continued...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu