Terkadang
jodoh itu datang tiba-tiba, tanpa diduga. Malah kadang terkesan konyol hingga
membuat siapapun yang mengalaminya pasti akan tertawa jika mengingat itu semua.
Namun
disitulah letak uniknya. Dimana dua insah saling tak mengenal dipertemukan oleh
Allah SWT melalui situasi yang dimana nantinya akan mempersatukan mereka.
Situasi yang bahkan tidak akan disangka-sangka.
Cerita
Pendek
CV
Can
Change Everything
Part
1
©
Ukh Puspa Indah Musdalifah
A/N:
Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Bila ada kesamaan nama, tempat, cerita itu
bukanlah kesengajaan.
.
.
.
Happy
Reading
.
.
.
Cuaca
kota Bandung siang ini begitu terik. Orang-orang lebih memilih berada di ruangan
ber-AC dibandingkan berjalan-jalan di bawah terik matahari bersuhu 37°
tersebut. Jam makan siang yang telah usai membuat jalanan utama kota kembang
ini mulai lenggang, hanya satu dua motor dan mobil yang melintas dan para
pedagang kaki lima yang masih menjajakan dagangannya.
Seorang
gadis-akhwat lebih tepatnya berumur
sekitar 23 tahun berjalan perlahan di trotoar yang memantulkan cahaya matahari saking panasnya
hari ini. Ia memperbaiki ransel pink
nya setelah mengambil ponsel pintarnya. Matanya berfokus pada ponsel
sampai-sampai hampir saja ia melewati cafe yang menjadi tujuannya.
Begitu
akan mendorong pintu cafe berlapis kaca bening tersebut, tangan seseorang lebih
dulu menyentuh pintu cafe. Ia tersentak seraya langsung menarik tangannya yang
berlapis kaos tangan hitam.
“Ah
afwan,” ujarnya reflek. Seseorang di hadapannya-seorang
lelaki berperawakan tinggi tersebut juga sepertinya terkejut.
“Iya,
tidak apa-apa.”
Sang
akhwat tampaknya menjadi bingung,
seperti antara mau masuk atau menjauh dari pintu. Melihat kebingungan sang akhwat, membuat sang ikhwan memutuskan untuk mundur beberapa
langkah mempersilahkan sang akhwat
untuk duluan masuk.
“Silahkan.”
Sang
akhwat mengangguk singkat kemudian
mendorong pintu dan memasuki cafe. Setelah kurang lebih lima langkah baru sang ikhwan juga ikut memasuki cafe beronamen
vintage tersebut.
Mata
sang akhwat menelusuri seluruh penjuru
cafe yang wallpaper nya dominan
coklat maupun cream dan menemukan temannya
sedang melambaikan tangan ke arahnya.
“Disa...”
Disa
Aira-nama sang akhwat berjalan menuju
temannya yang memilih tempat duduk di pojokan samping jendela cafe. Menampilkan
jalanan kota Bandung yang nampak jelas dari bagian tersebut.
“Assalamu’alaikum
Yulia,” ujar Disa begitu berada di depan Yulia sembari menyalami teman kuliahnya
tersebut.
“Wa’alaikumsalam
Disa,” jawab Yulia.
Setelah
memastikan Disa telah nyaman dengan posisi duduknya,Yulia kemudian menyodorkan
menu cafe ke hadapan akhwat berniqab
itu.
“Jadi
bagaimana? Sudah dapat pekerjaan?”
Disa
menggeleng. “Belum ada pemberitahuan kembali dari perusahaan itu.”
Yulia
hanya menghela napas singkat. “Kurasa perusahaan tersebut tidak serius dengan
lamaranmu.”
“Tidak
apa-“ ucapan Disa terpotong dengan suara keras dari tengah cafe. Disa dan Yulia
menoleh dan mendapati sekelompok cowok sedang menertawakan sesuatu yang mereka
kelilingi.
Disa
melihat salah satu diantara mereka yang merupakan ikhwan di depan cafe tadi. Merasa
tak terlalu penting Disa dan Yulia kembali melanjutkan pembicaraan setelah Disa
selesai memesan minuman kepada waiters.
“Ah
ngomong-ngomong, bagaimana dengan CV yang ka Tri minta? Apa kau sudah membuatnya?”
Disa
tersentak kemudian mengangguk kaku. “Y-ya. Sudah kubuat sih. Tapi aku tidak
yakin, Yulia.”
Yulia
meneleng. “Lah kenapa? Bukankah itu bagus?”
“Aku
merasa kurang yakin dengan ikhwan
yang ka Tri maksud. Jika benar ikhwan
yang ka Tri maksud adalah temanmu, aku merasa kami tidak akan cocok.”
Yulia
tertawa kecil, “Kenapa kau bisa berpikiran begitu? Memangnya kau sudah
mengenalnya luar dalam? Dia nampak baik kok.”
“Bukan
itu maksudku. Aku... Sepertinya dia baik, hanya saja aku merasa tak cocok
dengannya. Sifatnya dan sifatku bertolak belakang.”
“Justru
bagus bukan? Kalian akan saling melengkapi.”
“Tapi
Yulia-“
“Sst...
Disa,” Yulia menggenggam tangan sahabat se-liqo
nya ini. “Coba saja dulu. Kan kalian baru akan saling tukar CV. Jika kau
merasa tidak cocok setelah membaca CV nya, yah tidak apa-apa. Kau bisa
membatalkannya,” ujar Yulia berusaha meyakinkan.
“Lagipula
ka Tri pasti memilihkan ikhwan yang
baik-baik untukmu. Percaya saja yah,” Yulia tersenyum menatap Disa yang hanya
bisa terdiam.
Setelah
beberapa saat memikirkan perkataan Yulia akhirnya Disa mengangguk. “Kau benar.
Kami baru akan saling tukar CV, belum ada kesepakatan apapun.”
Yulia
menganguk. Detik berikutnya minuman pesanan Disa datang. Jus jeruk dingin yang
tentu saja membuat Disa langsung menyeruputnya mengingat cuaca siang ini begitu
terik.
“Ngomong-ngomong,
setelah ini kau akan kemana?”
“Mungkin
pulang ke rumah. Aku belum menyelesaikan tugas dari Ka Tri. Kau sendiri?”
“Sama
denganmu, aku akan pulang ke rumah. Ah iya,” Yulia mengeluarkan sebuah map dari
tas jinjingnya dan menyodorkan kertas volio bergaris tersebut pada Disa.
“InshaAllah besok aku izin Liqo yah.
Ibuku besok datang, aku harus menemuinya.”
Disa
menerima kertas tersebut yang merupakan tugas liqo mereka. Sama seperti Yulia, Disa mengeluarkan map plastiknya juga
dan menyelipkan tugas Yulia di map tersebut.
“Sampaikan
salamku buat ibumu yah. InshaAllah aku akan mengunjunginya.”
“Hahaha
iya iya. Kurasa ibuku juga merindukanmu.”
Disa
tersenyum di balik niqabnya. Setelah berbincang sesaat, mereka berdua
memutuskan pulang mengingat setengah jam lagi akan memasuki waktu Ashar.
Saat
menuju pintu keluar cafe, mereka otomotis melewati meja dimana ditempati oleh keempat
cowok berisik tadi. Sekilas Disa melihat objek yang menjadi pusat perhatian cowok-cowok
tersebut, sebuah laptop 16 inchi yang menampilkan sesuatu yang tak begitu tak
asing buat dirinya. Anime Boruto.
Disa
tertawa kecil, ternyata bukan cuma dirinya yang masih menyukai anime di umur kepala
dua ini.
Setelah
itu, Disa dan Yulia keluar dari cafe.
Disaat
bersamaan, salah satu dari keempat cowok berisik tadi bangkit dan memakai jaket
kulitnya. Si cowok-ah si ikhwan
berpamitan pulang pada ketiga temannya setelah berjanji bahwa ia akan kembali
datang di cafe ini sabtu depan.
Ia
sampirkan ranselnya dan mendorong pintu cafe. Setelah itu ia mengeluarkan
ponselnya dan mulai menekan beberapa nomor di atas ponsel layar sentuh
tersebut. Ia meletakkan ponsel ke telinga kirinya dan menunggu sambungan
telepon.
Disaat
yang bersamaan, mata cokelatnya menangkap satu objek yang tergeletak di teras
cafe dekat tempat ia berdiri sekarang. Sesuatu yang putih dan bergerak perlahan
mengikuti angin yang berhembus. Tertarik, ia mendekati dan memungut kertas
putih tersebut.
Kedua
matanya menelisik satu persatu kalimat di atas kertas berukuran HVS dan detik
kemudian alisnya mengernyit.
‘Curriculum
Vitae’
Adalah
dua kata pertama di kertas tersebut. Dan isi selanjutnya ialah mengenai biodata
beserta foto seorang akhwat berniqab
yang membuatnya makin mengernyitkan alisnya. Ia mengingat-ingat sepertinya
dirinya pernah bertemu dengan akhwat di
foto tersebut.
Setelah
beberapa saat ia langsung menyadari bahwa CV yang ia pegang adalah kepunyaan akhwat berniqab yang tadi ia temui di
depan pintu cafe.
Kepalanya
menoleh ke sekelilingnya, mencoba mencari sang akhwat yang mungkin saja masih berada di sekitar cafe. Tapi
sepertinya harapannya sia-sia, suasana di sekitar cafe nampak sepi hanya
beberapa pejalan kaki yang melintas dan tidak ada sang akhwat diantara pejalan kaki tersebut.
Ia
tersentak saat mendengar sebuah suara dari ponselnya. Rupanya sambungan
teleponnya telah diterima.
“Ah
assalamualaikum bu...”
Dan
selanjutnya ikhwan tersebut asyik
berbicara dengan ibunya sambil sesekali melirik isi biodata tersebut.
Setelah
kurang lebih tiga menit berbicara dengan ibunya, ibunya memutuskan sambungan
telepon membuatnya bisa lebih fokus pada kertas di genggamannya.
Curriculum
Vitae
Nama
Lengkap : Disa Aria
Nama
Panggilan : Disa
Tempat,
tanggal lahir : Bandung, 20 Maret 1994
Suku : Sunda
Golongan
Darah : A
Berat
Badan : 47 kg
Tinggi
Badan : 155 cm
Agama
: Islam
Pekerjaan : Belum ada
Karakteristik
(+) : Suka kerapihan, amanah,
senang menambah ilmu.
Karakterisitik
(-) : Pendiam, mudah tersinggung,
pelupa berat, tergesa-gesa.
Warna
Favorit : Merah Muda
Makanan
Favorit : Bakso, nasi goreng dll
Minuman
Favorit : Jus jeruk, air kelapa dll
Hal
yang disuka : Nonton anime
Gerak
matanya terhenti pada kalimat ‘menonton anime’. Anime?
Dirinya
tertawa kecil menyadari bahwa masih ada seorang akhwat yang mempunyai hobi seperti ia dan ketiga sahabatnya.
Entah
kenapa setelah mengetahui hobi akhwat
bernama Disa tersebut, ia memutuskan untuk mengembalikan CV tersebut. Mungkin
saja CV tersebut penting- ah sudah pasti penting. Inikan CV untuk proses ta’aruf jadi pasti Disa akan mencarinya
ditambah sepertinya CV yang ia pegang ini merupakan salinan asli bukan
fotocopy.
Setelah
memasukkan selembar HVS tersebut ia kemudian berjalan menjauh dari cafe menuju
mobil yang ia parkir tak jauh dari teras cafe.
Tanpa
mengetahui bahwa selembar HVS tersebut adalah awal dari segalanya.
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar