Renungan
Anak untuk Orang Tua
By: Ukhti Rismiyani
Cobalah
katakan pada dirimu... Cobalah renungkan...
Katakanlah...
Saya
ada karena kehendak Allah. Saya dilahirkan oleh ibu saya, saya dididik agar
menjadi anak yang berguna bagi keluarga. Orang tua saya selalu mendidik saya
dengan Kasih sayang.
Orang
tua mencintai anaknya dengan sepenuh hati. Tak ada yang terlewatkan. Marilah
kita merenung...
Beberapa
tahun lalu saat kita di kandung oleh orang tua, betapa bahaginya mereka.
Mengharap anak yang akan lahir adalah anak yang berbakti dan selalu sayang
kepadanya.
Tapi
coba renungkan, apakah kita begitu?
Saat
melahirkan kita, orang tua kita merasakan sakit yang amat sangat, menangis
kesakitan antara hidup dan mati. Bahkan mungkin jika diberi pilihan oleh Allah
antara menyelematkan nyawanya atau nyawa bayinya. Pastilah ia akan memilih
menyelematkan bayinya. Ibu memberikan kita asi waktu bayi, menahan derita
menggendong kita seharian.
Tapi apa???
Apakah
kita saat ini cuma melihat beliau dengan penderitaannya, mencaci maki, melawan,
bahkan mengacuhkannya...
Coba
renungkan...
Sekarang
apa balasan kita???
Kita
pernah berkata yang tidak baik pada orang tua kita, membentak, kata-kata kasar,
ejekan... hampir semua anak pernah melakukannya.
Renungilah
sejenak.
Pernahkah
kita tahu...
Setiap
malam orang tua kita, ibu kita terbangungan tengah malam dan menangis
dibantalnya, menangis oleh kata-kata kita yang terlalu menyakitinya???
Sadarkah
kita saat kita membentak ibu kita, ternyata mereka sangat sabar, namun di
belakang mereka merasakan perih di hati mereka, tangisan lirih.
Saat
kita pergi meninggalkan mereka karena marah, orang tua kita sangatlah sedih...
mereka akan menyesali diri mereka, baikkah itu???
Coba
renungkan anak mana yang mau melihat orang tua mereka menangis? Mungkin
kita tak pernah mau memikirkan kepedihan yang dirasa oleh ibu kita. Saat kita
marah, saat kita meninggalkan rumah... ibu kita akan menangis. Baikkah
itu? Senangkah kalian? Anak mana yang senang membuat orang tua mereka menangis,
membuat orang tua merasa sangat tak berharga hanya karena kata-kata dan
kelakuan anak mereka?
RENUNGKANLAH!!!
Mungkin
saat ini beliau masih ada, masih sehat dan saat ini mungkin kamu sedang
menuntut pendidikan, jauh dari orang tua. Baikkah membuatnya sedih?
Coba
perhatikan tiap libur akademik saat bertemu orang tua kita, perhatikanlah...
rambut mereka makin memutih, kulit mereka makin berkerut, sinar wajahnya makin
meredup... masihkan kita belum sadar? Kata-kata yang telah kita ucapkan yang
kadang membuat mereka terbangun tengah malam untuk menangisi kata-kata kasar,
bentakan itu... namun mengapa kita tak pernah meyadari mengapa kita tak mau minta
maaf?
Ingatlah...
tak ada yang menjamin bahwa ibu kita akan ada mendampingi kita saat wisuda.
Mungkin tahun ini saat kita pulang kita masih bisa menemui ibu kita tersayang,
meskipun mereka telah tua, keriput, beruban, tetapi renungkanlah ketika kita pulang
dan yang kita temui adalah sosok yang telah terbujur kaku. Kita tak lagi bisa
merasakan kasih sayangnya, yang kita temui hanyalah sebuah nisan.
Masihkah
kita ingin menyakiti hati mereka, membuat mereka menangis karena anaknya yang
selalu membentaknya, meninggalkannya dalam kemarahan???
Mungkin
saat ini kita sedang berbahagia, jauh dari orang tua kita. Tapi pernahkah kita
berpikir apakah orang tua saya juga di sana bahagia?
Mungkin
saat ini kita makan enak, kuliah enak, tidur enak... tapi tahukah kalian bahwaa
orang tua kalian rela ditinggal di rumah kecil. Makan tahu tempe seadanya hanya
untuk melihat kalian bahagia, pernahkah???
Sumber:
Kutipan ( RAA ) 9.1.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar