Kamis, 20 Desember 2018

Pesan tak bertinta maupun bersuara

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Baru beberapa bulan sahabatku, baru beberapa bulan ia berlalu. Diantara kita mungkin masih ada yang mengingat jelas kejadian itu. Kejadian yang membuat tubuh ini bergetar ketakutan. Kejadian yang membuat kita lupa dengan keluarga kita dan hanya mementingkan bagaimana untuk bisa keluar dari rumah ataupun tempat lainnya dengan selamat.

Mari kita merenung sejenak sahabat. Begitu banyaknya onggokan tubuh yang tidak bernyawa saat itu. terkulai lemas berbungkuskan pelastik mayat tanpa ada yang mengurus. Dibiarkan begitu saja selama beberapa hari berharap ada keluarga yang akan datang mengambilnya.

Kecemasan mengisi relung hati setiap orang yang masih menanti harapan sanak keluarganya dapat ditemukan dalam keadaan selamat. Berjalan tidak kenal lelah mencari sejauh kaki ini dapat melangkah. Berjalan kaki dikarenakan kendaraan-kendaraan telah menjadi perhiasan disebabkan pembangkit energinya begitu sulit didapatkan.

Orang-orang kelaparan, tidak tahu lagi harus pergi kemana. Yang terlihat hanyalah kecemasan pada raut wajah-wajah kumal yang tidak terurus lagi. Entah berapa hari kulit ini tidak dibasuh air bersih karena sulitnya mendapatkan air bersih. Jangankan air bersih untuk mandi, untuk minumpun harus bersusah payah berebutan dengan orang-orang lainnya yang sama-sama membutuhkan.

Hari-hari berat itu telah berlalu dan sekarang mungkin kita telah lupa kisah itu seperti dongeng tidur dikala kecil. Ataukah kita tidak sadar sama sekali dengan apa yang telah terjadi. Sekarang tubuh ini masih utuh, sekarang raga ini tidak kurang sesuatu apapun. Bercanda tidak kenal lelah. Begitu sehatnya menyongsong hari tanpa membayangkan sebuah pesan yang amat jelas dimata kita. Sebuah pesan yang terpambang melambai-lambai dihadapan kita. sebuah pesan yang tidak bertinta maupun berpena. Pesan yang bisu dengan sarat makna.

Kematian begitu jelas dimata kita tapi seakan kita tidak merasakan bahwa nanti kita akan mengalaminya. Tubuh yang terbujur kaku tidak menjadi pelajaran buat kita seakan kita akan hidup selamanya. Ketahuilah sahabatku semua manusia itu akan mati dan manusia tidak akan pernah bisa lari dari kematiannya walaupun ia membuat tembok dan ia masuk kedalamnya sesungguhnya kematian itu pasti akan menjemputnya.

Kematian itu dekat saudaraku. Kematian itu akan menghampiri setiap insan yang merasakan namanya kehidupan. Kematian menjadi jalan akhir kita didunia untuk melangkah menyusuri jalan pertanggungjawaban kita dihadapan Allah subhanahu wa ta’ala.

Pesan itu mengisyaratkan kepastian akan kematian. Setiap hembusan nafas ini adalah langkah untuk menjemputnya. Yang menjadi pertanyaan, sudah siapkah kita akan hari itu? Bekal apa yang telah kita siapkan ketika ia datang dengan sifatnya yang tiba-tiba. Hanya penyesalan nantinya yang akan menghampiri kita bila amal itu tidak kita cari sedini mungkin. Penyesalan itu hanya akan menjadi penyesalan tiada arti karena tidak ada kesempatan kedua. maka gunakanlah waktu kita dengan baik. Jangan dihabiskan dengan perkara-perkara yang tidak bermanfaat. Mari kita isi dengan bingkai dakwah agar menjadi indah dikemudian hari saat ajal itu datang dan malaikat israil mencabut roh kita dengan perlahan seperti tetesan air yang menetes didaun keladi. Dan membawanya dengan kain kafan dari cahaya.

“Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS Ali Imran : 185).

Mari banyak-banyak mengingat kematian karena ia adalah guru terbaik untuk tetap mengokohkan iman kita agar terus beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu