Senin, 09 Desember 2019

Bunga Hati Yang Bersemi



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hai sahabat,

Diriwayatkan dari Imam Al-Bukhari, no. 709 bahwa Rasulullah Sallaulahu Alaihi Wasallam bersabda
          “Sesungguhnya aku memasuki shalat dan ingin memanjangkannya, namun aku mendengar tangisan seorang bayi, maka aku memendekkannya karena aku mengetahui perasaan ibunya yang sangat pilu karena tangisannya”

          Dari hadist diatas mengabarkan kepada kita bahwa Rasulullah sangat menjunjung tinggi rasa kasih sayang sebagai akhlak yang sangat mulia. Sumber kasih sayang adalah kejernihan jiwa dan kesucian rohani, maka semakin bersih jiwa seorang hamba maka semakin tinggi rasa kasih sayangnya terhadap manusia maupun makhluk hidup lainnya.

          Dengan kasih sayang seorang muslim tidak akan membicarakan hal buruk saudaranya, dengan kasih sayang seorang muslim akan senantiasa dapat merasakan kesusahan yang dihadapi saudaranya.

          “Perumpamaan orang-orang beriman di dalam cinta, kasih sayang dan perasaan simpati adalah laksana satu tubuh yang apabila salah satu anggota mengaduh, maka seluruh anggota tubuh lainnya ikut serta mengaduh dengan tidak bisa tidur dan demam. (H.R. Muslim, no. 2586)”

          Satu yang merasa sakit maka semuanya akan merasakan, begitulah sifat sejati seorang muslim. Bagaimana dengan diri kita yang mengaku seorang muslim? Seberapa besar rasa kasih sayang yang ada dalam diri ini terhadap saudara kita, apakah kita memiliki akhlak berkasih sayang seperti yang diajarkan baginda Rasulullah Sallaulahu Alaihi Wasallam.

          Mari menengok saudara-saudara kita dijalanan, mari melihat tetangga-tetangga kita. mungkin saja mereka sangat membutuhkan uluran tangan dari saudaranya, mungkin saja mereka kesusahan tapi enggan untuk meminta bantuan.

          Mari muhasabah diri kita masing-masing sahabat, mari menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap keluarga dan saudara kita, karena setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya.

          Seungguhnya kebenaran datangnya dari Allah dan kesalahan datang dari diri saya pribadi.

MPM Al-Iqra
Keep Ukhuwah

Rabu, 04 Desember 2019

Jangan Siapkan Musuh di Akhirat



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

                Hai sahabat, kali ini kami akan mengangkat sebuah kisah teladan dari seorang yang luar biasa yaitu kisah dari Imam Bukhari yang begitu takut menyiapkan musuh diakhirat kelak.

                Imam Bukhari adalah seorang yang sangat gemar berburu, suatu hari ia hendak berburu bersama teman-temannya dan ia hendak latihan terlebih dahulu dihalaman rumahnya sambil menunggu teman-temannya. Pada saat latihan, tanpa sengaja Imam Bukhari dengan anak panahnya sedikit mengikis pagar tetangganya. Lalu imam Bukhari segera memanggil pegawainya dan mengatakan “bilang kepada teman-teman saya, bahwa hari ini saya tidak akan ikut berburu dan juga sampaikan kepada tetangga kita bahwa saya minta maaf karena tidak sengaja mengikis pagarnya dengan anak panah. Katakan juga kalau saya akan mengganti rugi.”

                Kemudian pegawai imam Bukhari pun menemui tetangga tersebut dan mengatakan apa yang telah dilakukan majikannya dan menunjukkan pagar yang tercuil dedikit akibat anak panah dan ia mengatakan majikannya akan mengganti rugi hal tersebut. Lalu tetangga Imam Bukhari pun berkata “jangankan pagar saya, rumah sayapun saya rela memberikannya untuk imam Bukhari. Katakan padanya bahwa saya memaafkannya”

                Kemudia pegawai imam bukhari itupun kembali dan mengatakan kepada tuannya apa yang barusan ia dengarkan. Lalu imam Bukhari pun sujud syukur kepada allah dan bersedekah kepada fakir miskin, Hal ini ia lakukan karena ia tahu akan konsekuensi yang akan ia tuai walaupun itu sebuah hal kecil dan tidak ingin menyiapkan musuh dikahirat kelak hanya karena mengikis pagar rumah tetangganya.

                Mari kita introfeksi diri sahabat dari kisah iamam Bukhari. Berapa banyak musuh yang telah kita siapkan diakhirat dan kita belum meminta maaf kepada orang yang kita Zolimi. Berapa hutang yang enggan kita lunasi kepada saudara kita. berapa banyak cacian yang kita lontarkan dibelakang saudara kita. berapa banyak sendal yang kita injak pada saat beranjak dari masjid. Berapa banyak ciprakan air yang terkena saudara kita saat berwudhu ketika hendak sholat. Mari memohon ampun kepada Allah atas segala dosa yang kita perbuat baik itu disengaja maupun tanpa sengaja dan mari meminta maaf kepada saudara-saudara kita selagi kita masih diberikan waktu oleh Allah , selagi ruh ini masih bersemayam dalam jasat agar nantinya kita tidak menyesal dikemudian hari.

                Sekian tulisan hari ini. mohon maaf atas segala kekurangan, kebenaran datangnya dari Allah dan kelalaian dan kesalahan dari diri kami pribadi.

MPM Al-Iqra
Keep Ukhuwah

Senin, 02 Desember 2019

Malumu Lebih Berharga Dari Anakmu



Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Hai sahabat......... bagaimana kabar hari ini? semoga selalu dalam limpahan rahmat Allah Subhanahu Wataala

Baginda Rasulullah Muhammad Sallaulahu Alaihi Wasallam bersabda
                “Iman itu bercabang tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih, yang paling utama adalah kalimat la ilaha illallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan malu termasuk cabang dari iman” (H.R. Bukhari dan Muslim)

                Islam mengajarkan untuk menanamkan rasa malu kedalam diri setiap hamba, dan rasa malu berdasarkan redaksi hadist diatas adalah termasuk bagian dari keimanan seorang hamba. Hal ini menandakan bahwa akhlak malu bukanlah hal yang bisa dianggap remeh melainkan sesuatu yang luar biasa dengan hikmah yang besar dari Allah Subhanahu Wataala.

                Tidak perlu jauh-jauh sahabat untuk melihat kerusakan pada akhlak ini. mungkin sahabat yang membaca tulisan ini adalah sebagian besar adalah seorang mahasiswa. Coba pikirkan ketika kalian menuju kekampus kemarin atau ketempat lainnya, berapa orang yang kalian temukan dijalanan berpakaian tetapi tidak mengikuti aturan yang telah diajarkan Rasulullah Sallaulahu Alaihi Wasallam kepada ummatnya dan mereka mengaku seorang muslim. Mereka tidak merasa malu kepada Allah dan rasulnya yang mengajarkan tentang rasa malu dalam setiap aspek kehidupan.

                Diriwayatkan oleh Abu Dawud, No. 2488
                “Semoga Allah merahmati seorang ibu yang kehilangan anaknya, kemudian dia masuk ke satu kaum untuk menanyakan anaknya yang hilang. Seorang laki-laki berkata-kata, ‘Dia bertanya tentang anaknya, sedangkan dia memakai niqab (cadar).’ Ibu tersebut mendengarnya kemudian menjawab, ‘sungguh aku kehilangan anakku itu adalah lebih baik daripada aku kehilangan rasa maluku, hai lelaki’

                Betapa pentingnya rasa malu ini sahabat dan akibat yang akan dituai jika kita mengabaikan rasa malu pada diri kita sendiri. Semoga kita semua dapat menanamkan akhlak malu ini kedalam diri kita masing masing dan dapat mengajarkannya dengan orang lain.

                Sekian, mohon maaf  atas segala kekurangan, sesungguhnya kebenaran datangnya dari Allah dan kesalahan tentunya datang dari diri saya pribadi.

Syukron.
Mpm Al-Iqra
Keep Ukhuwah


Jumat, 06 September 2019

Orang-orang yang bangkrut



image by exabytes.co.id
            Sahabat pernah ditanya oleh Rasulullah: “Tahukah kalian, siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?” Mereka (para sahabat) berkata, “Orang bangkrut yang ada di antara kami adalah orang yang tidak ada dirhamnya dan tidak memiliki barang”. Rasulullah SAW berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa, dan zakat. Dia datang dan telah mencela si fulan, telah menuduh si fulan (dengan tuduhan yang tidak benar), memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, dan memukul si fulan. Maka diambillah kebaikan-kebaikannya dan diberikan kepada si fulan dan si fulan. Jika kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum cukup untuk menebus kesalahan-kesalahannya maka diambillah kesalahan-kesalahan mereka (yang telah ia zalimi) kemudian dipikulkan kepadanya lalu iapun dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)

            Sahabat, Rasulullah telah menerangkan kepada kita ummatnya tentang pedang bermata dua yaitu lisan yang sehari-hari kita gunakan. Coba kita merenung sejanak dihari ini sahabat, berapa kalimat yang telah kita ucapkan hingga saat ini sedari bangun dipagi hari, apakah kita terhindar dari ucapan-ucapan mencela orang lain ataukah bahkan kita sekarang sedang kumpul membicarakan keburukan orang lain sembari membaca penggalan kalimat yang tertulis pada halaman ini. Semoga kita terhindar dari sifat yang dapat menghapus semua amal baik kita dan terus berusaha memperbaiki diri dari sifat ini.

            Tapi saya suka khilaf dan keceplosan membicarakan keburukan orang lain
            Tapi saya selalu terbawa suasana saat berbincang bincang dengan teman

            Sahabat, nafsu itu selalu membawa kita kepada hal-hal yang buruk dan kesenangan sesaat dan ingat kita terus digiring oleh setan dari jin dan manusia sedikit demi sedikit hingga kita berkubang dengan lumpur kemaksiatan bahkan hingga keluar dari aqidah mentauhidkan Allah Subhanahu Wata’ala.

            Terusah ber-istighfar sahabat, teruslah meminta ampun kepada Allah dan berusaha bertaubat dari maksiat-maksiat yang dapat merusak amalan baik kita. Teruslah memuhasabah diri kita sahabat setiap kali kita hampir terlelap dalam tidur. Berapa banyak dosa kita hari ini? berapa banyak maksiat yang kulakukan? Berapa banyak kusakiti orang lain dengan lisan yang dititipkan Allah kepadaku? Niatkanlah untuk hari esok bahwa kita bisa lebih baik dari hari ini murni hanya karena Allah Subhanahu Wata’ala, bukan karena makhluk, bukan karena ingin dilihat manusia atau mengharapkan sesuatu dari manusia, insya Allah kita selalu berada dijalan rahmatnya dan terus diberikan hidayah dari segala hal dikehidupan dunia, amin.

Mpm al-iqra
#keepukhuwah

Minggu, 18 Agustus 2019

Kemana langkahmu


images by bengkuluekspress.com

                Sahabat, genap sudah negara kita ini merdeka 74 tahun lamanya, begitu banyak peristiwa yang terjadi selama 74 tahun lamanya sejak diproklamirkannya kemerdekaan indonesia atas penjajahan yang sangat panjang.

                Sahabat, sudah 74 tahun kita merdeka. Pernahkah terlintas dibenak kita apa yang telah kita lakukan untuk memajukan bangsa ini, memberikan yang terbaik untuk menghargai para pahlawan yang telah berjuang sampai titik darah penghabisan. Ketika seruan takbir menggelegar sebagai tanda genderang perang yang membahana. Pantang menyerah karena keyakinan iman dan harapan syahid di jalan Allah Subhanahu Wata’ala menjadi pembakar semangat mereka, mereka yang mungkin saat ini tidak kita ketahui namanya, mereka yang saat ini mungkin tidak tertulis dalam buku sejarah, mereka yang berjuang mengharapkan Allah memberikan perubahan pada bangsa ini yang telah menderita ditangan kejam sang penjajah selama ratusan tahun lamanya.

                “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d [13]: 11).

                Usaha tidak akan menghianati hasil, ya.... itu kalimat trend yang sering kita lontarkan disaat kita berjuang untuk meraih sebuah keberhasilan.

                Mari kembali melihat indonesia di era 74 tahun ini, begitu banyak gemelut, begitu banyak permasalahan yang membumbung tinggi menambah asap tebal kelam kenegaraan. Koruptor berkeliaran dimana-mana karena para cendikiawan negara tidak dilandasi iman yang kuat, tidak dilandasi dengan kejujuran, tidak dilandasi dengan rasa tanggung jawab akan beban kemerdekaan yang harus memakan ratusan ribu korban jiwa. Mereka tidak takut dengan Allah subhanahu wata’ala tuhan yang maha esa, bukankah sila pertama landasan negara kita adalah ketuhanan yang maha esa?

                Merdeka belum berarti kita tidak perlu lagi berjuang, merdeka bukan berarti kita bisa berleha-leha dalam hidup, merdeka bukan berarti kita hanya duduk termanggu diatas kursi dengan makanan enak yang tersuguh diatas meja ataupun asik didepan layar komputar atau hp tanpa manfaat. Mari bangun sahabat, mari melangkah bersama menghasilkan genereasi penerus bangsa yang berakhlak mulia, yang sadar akan kehidupan dunia hanyalah titipan semata yang harus dipertanggungjawabkan dihari kemudian kelak.

                Jangan hanya asik mengkritik tanpa solusi, jangan hanya asik mencaci tanpa aksi. Perubahan tidak akan datang tanpa kita mau berusaha sahabat.

Syukron
Mpm al-iqra keep ukhuwah


Pages - Menu